Random

Kamis, 18 Oktober 2012

“Cita-Citaku Setinggi Tanah”


     Disebuah desa kecil hidup satu keluarga sederhana yang terdiri dari sepasang suami istri, satu orang nenek dan satu orang anak laki-laki  yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Anak ini bernama Agus dan mempunyai tiga orang sahabat, yaitu Mey, Panji, dan Jono. Ke empat anak ini adalah teman sekelas, mereka setiap hari selalu bermain bersama. Suatu ketika mereka berempat mendapatkan tugas dari sekolahnya, yaitu tugas mengarang cita-cita yang akan dicapai. Mey bercita-cita menjadi seorang artis, Jono bercita-cita ingin menjadi tentara, sedangkan Agus bercita-cita ingin makan di Rumah Makan Padang, Panji hanya mentertawakan cita-cita Agus karena cita-citanya tidak bermutu.
Kemudian semua anak-anak itu serius mengejar cita-cita mereka, khususnya Agus. Suatu hari Agus mengajak Jono untuk membantu mencari bambu untuk dijadikan celengan. Jono pun membantunya, akhirnya celengan dari bambu pun jadi. Setiap berangkat sekolah Agus selalu menyelipkan uang jajannya di sepatu untuk disisihkan kedalam celengan nantinya. Setiap hari berulang terus seperti itu, sampai Agus berniat mencari keong untuk Ia jual ke seseorang yang bernama Mbah Keong. Kali ini Agus mengajak Panji untuk mencari keong tersebut, setelah terkumpul banyak keongnya langsung Ia jual ke Mbah Keong dengan harga Rp. 5000, uang tersebut dimasukkannya kedalam celengan. Namun, cara ini tidak berjalan dengan lancer karena Ayahnya melarang Agus untuk mencari keong kembali. 
Hari terus berjalan, suatu ketika Ibunya menyuruh Agus untuk mengantarkan makanan ke Ayahnya yang bekerja disebuah pabrik pembuatan tahu. Setelah mengantarkan makanan, ternyata Ayahnya menyuruh Agus juga untuk mengantarkan tahu ke rumah pak Darno. Agus pun mengantarkannya, secara kebetulan pak Darno yang membuka usaha ayam potong menyuruh Agus untuk mengantarkan ayam potong ke Rumah Makan Padang, Agus akhirnya mau karena berharap diberi upah yang uangnya nanti akan ditabung kedalam celengannya. Dengan kejadian tadi Agus meminta ijin kepada Ayahnya untuk mengantarkan tahu lagi ke pak Darno karena ingin diberikan tugas lagi oleh pak Darno untuk mengantarkan ayam potongnya dan diberi upah lagi. 
Akhirnya uang hasil tabungan pun terkumpul banyak. Sorenya, celengan itu dibuka untuk dihitung uangnya dan dibungkus kedalam plastik, malamnya hari itu juga Ibunya menyuruh Agus untuk mengambil air di sumur dan plastik yang berisi uang tersebut selalu dibawa Agus. Kejadian buruk pun menimpa Agus, plastik uang itu terjatuh kedalam sumur tersebut, nasib Agus memang sial. Ternyata itu bukan rejeki Agus. Namun tidak lama rejeki itu datang kembali, neneknya akan pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta, Agus pun diberi uang jajan. Rejeki itu tidak akan hilang, tetapi akan datang. Akhirnya cita-cita Agus pun tercapai untuk makan di Rumah Makan Padang dan tugas mengarang pun selesai.
Ternyata dibalik cita-citanya Agus ada hubungannya dengan kehidupan Agus di rumah. Ayahnya yang hanya seorang buruh pabrik tahu dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa setiap hari Agus tidak lepas dari makanan “Tahu Bacem” yang dibuat oleh ibunya. Dari sini lah awal mulanya cita-cita itu muncul, ternyata Agus bosan dengan makanan “Tahu Bacem” tersebut dan berkeinginan sekali untuk makan di Rumah Makan Padang.

Sumber : Film “Cita-Citaku Setinggi Tanah”


0 komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Comment, Kritik & Saran untuk membangun

News Studentsite

Gunadarma BAAK News

0 "SELAMAT DATANG DI RIZkY BLOG'Z" 1 2 3 4